Senin, 13 Juli 2015

Resensi Buku



Kisah Penolong yang Baik

Judul: The Girl Who Saved The King of Sweden
Penulis: Jonas Jonasson
Penerbit: Bentang, Yogyakarta
Terbitan: Pertama, Maret 2015
Tebal: 549 halaman
ISBN: 978-602-291-071-8
Peresensi: Zaitur Rahem *

Sosok manusia penolong di abad 21 ini sulit ditemukan. Meskipun ada, penolong sejati di negeri ini sering dikucilkan. Orang baik dibuat tidak betah hidup bebas. Sehingga, realitasnya tokoh-tokoh penting dengan karakter baik dijebak agar bisa masuk penjara. Buku berjudul The Girl Who Saved The King of Sweden merupakan saksi bisu yang bisa dijadikan pisau kritik atas kondisi pilu hukum di negeri ini. Novel ini memiliki aura sastra dan kritik sosial yang tajam. Meski mempergunakan ritme ulasan sederhana, namun memiliki energi pesan yang mendalam.
Jonas Jonasson melalui novel setebal 549 halaman ini berkisah tentang seorang gadis lugu yang baik hati bernama Nombeko Mayeki. Seorang gadis buta huruf yang kebetulan memiliki nasib menjadi orang baik. Setidaknya pribadi baik bagi dirinya sendiri. Sebab, meski terlahir sebagai sosok gadis dari keluarga miskin dia juga tidak bisa membaca. Tidak ada yang bisa dibanggakan. Hartanya adalah dedaunan yang berjatuhan diterpa angin. Dan, kebaikannya adalah media yang sering dijadikan alat orang-orang berkepentingan. Nambeko hidup di sebuah perkampungan kumuh. Profesi warga sekitar adalah pemulung sampah dan pekerja serabutan. Gadis bernama Nombeko ini larut dalam situasi sosial di mana dia dilahirkan.
Kondisi sosial yang berada dalam ruang kemiskinan membuat diri Nambeko putus harapan. Masa depannya, dalam bayangan dia hanya akan ada dan berakhir di tumpukan sampah. Entah tangan takdir yang mana, pada suatu ketika gadis Nombeko Mayeki terjebak pada truk pengangkut buah. Badannya yang mungil terhuyung di dalam truk. Beruntung sekali, di dalam truk dia ternyata tidak sendirian. Ada seorang pria yang belakangan diketahui sebagai petinggi di negeri Tiongkok. (hlm. 57-67). Perjumpaan yang tidak direncanakan. Namun, perjumpaan tersebut menjadi awal dari cerita baru bagi gadis lugu bernama Nombeko. Terkadang cerita yang tidak direncanakan bisa datang begitu saja. Mungkin, inilah yang sering disebut dengan rahasia Tuhan Yang Maha Kuasa. Manusia boleh membuat rencana, namun yang menentukan adalah Tuhan.
Takdir begitu jauh melemparkan gadis lugu ini. Di sebuah negara maju yang kebetulan pada saat itu gencar memproduk alat tekhnologi canggih. Salah satunya, bom atum. Kelihatan sejumlah pakar dalam membuat alat pemusnah ini memberikan jalan baru bagi Nombeko. Ternyata, kondisi hidup yang dijalani di tanah kelahirannya menjadikan gadis ini ulet. Tahan banting dan mampu membaca gejolak sosial di negeri. Perkenalannya dengan salah seorang pejabat penting dari Tiongkok di dalam truk pengangkut buah membukakan jalan baru bagi masa depan Nombeko. Dia banyak membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh sejumlah pejabat di negeri Tiongkok. Sehingga, Nombeko merasa lahir dan hidup sebagai seorang kesatria sejati.
Buku ini enak dibaca dalam situasi apapun. Alur dan dan setting yang dipergunakan dalam menggambarkan kondisi sosial seperti sangat dekat dengan bangsa Indonesia. Meski berada di posisi terkucilkan oleh kepentingan, Nombeko Mayeki berhasil mengatasi malasahnya sendiri. Bahkan, mampu memberikan bantuan atas kekacauan politik di negeri yang ditempati. Tidak ada yang kekal di dunia yang kejam ini-bahkan tidak kesulitan kita (hlm. 531). Selamat membaca.


*Dosen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika), Guluk-guluk..

 * Dimuat di Koran Kabar Madura, 29 Juni 2015

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
Hidup adalah perjuangan ...