Kisah Penolong
yang Baik
Judul: The Girl Who Saved
The King of Sweden
Penulis: Jonas Jonasson
Penerbit: Bentang, Yogyakarta
Terbitan: Pertama, Maret 2015
Tebal: 549 halaman
ISBN: 978-602-291-071-8
Penulis: Jonas Jonasson
Penerbit: Bentang, Yogyakarta
Terbitan: Pertama, Maret 2015
Tebal: 549 halaman
ISBN: 978-602-291-071-8
Peresensi: Zaitur Rahem *
Sosok manusia penolong di abad 21 ini sulit ditemukan. Meskipun ada,
penolong sejati di negeri ini sering dikucilkan. Orang baik dibuat tidak betah
hidup bebas. Sehingga, realitasnya tokoh-tokoh penting dengan karakter baik
dijebak agar bisa masuk penjara. Buku berjudul The Girl Who Saved The King
of Sweden merupakan saksi bisu yang bisa dijadikan pisau kritik atas
kondisi pilu hukum di negeri ini. Novel ini memiliki aura sastra dan kritik
sosial yang tajam. Meski mempergunakan ritme ulasan sederhana, namun memiliki energi
pesan yang mendalam.
Jonas Jonasson melalui novel setebal 549 halaman ini berkisah tentang
seorang gadis lugu yang baik hati bernama Nombeko Mayeki. Seorang gadis buta
huruf yang kebetulan memiliki nasib menjadi orang baik. Setidaknya pribadi baik
bagi dirinya sendiri. Sebab, meski terlahir sebagai sosok gadis dari keluarga
miskin dia juga tidak bisa membaca. Tidak ada yang bisa dibanggakan. Hartanya
adalah dedaunan yang berjatuhan diterpa angin. Dan, kebaikannya adalah media
yang sering dijadikan alat orang-orang berkepentingan. Nambeko hidup di sebuah
perkampungan kumuh. Profesi warga sekitar adalah pemulung sampah dan pekerja
serabutan. Gadis bernama Nombeko ini larut dalam situasi sosial di mana dia
dilahirkan.
Kondisi sosial yang berada dalam ruang kemiskinan membuat diri Nambeko
putus harapan. Masa depannya, dalam bayangan dia hanya akan ada dan berakhir di
tumpukan sampah. Entah tangan takdir yang mana, pada suatu ketika gadis Nombeko
Mayeki terjebak pada truk pengangkut buah. Badannya yang mungil terhuyung di
dalam truk. Beruntung sekali, di dalam truk dia ternyata tidak sendirian. Ada
seorang pria yang belakangan diketahui sebagai petinggi di negeri Tiongkok.
(hlm. 57-67). Perjumpaan yang tidak direncanakan. Namun, perjumpaan tersebut
menjadi awal dari cerita baru bagi gadis lugu bernama Nombeko. Terkadang cerita
yang tidak direncanakan bisa datang begitu saja. Mungkin, inilah yang sering
disebut dengan rahasia Tuhan Yang Maha Kuasa. Manusia boleh membuat rencana,
namun yang menentukan adalah Tuhan.
Takdir begitu jauh melemparkan gadis lugu ini. Di sebuah negara maju
yang kebetulan pada saat itu gencar memproduk alat tekhnologi canggih. Salah
satunya, bom atum. Kelihatan sejumlah pakar dalam membuat alat pemusnah ini
memberikan jalan baru bagi Nombeko. Ternyata, kondisi hidup yang dijalani di
tanah kelahirannya menjadikan gadis ini ulet. Tahan banting dan mampu membaca
gejolak sosial di negeri. Perkenalannya dengan salah seorang pejabat penting
dari Tiongkok di dalam truk pengangkut buah membukakan jalan baru bagi masa
depan Nombeko. Dia banyak membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh
sejumlah pejabat di negeri Tiongkok. Sehingga, Nombeko merasa lahir dan hidup
sebagai seorang kesatria sejati.
Buku ini enak dibaca dalam situasi apapun. Alur dan dan setting yang
dipergunakan dalam menggambarkan kondisi sosial seperti sangat dekat dengan
bangsa Indonesia. Meski berada di posisi terkucilkan oleh kepentingan, Nombeko
Mayeki berhasil mengatasi malasahnya sendiri. Bahkan, mampu memberikan bantuan
atas kekacauan politik di negeri yang ditempati. Tidak ada yang kekal di dunia
yang kejam ini-bahkan tidak kesulitan kita (hlm. 531). Selamat membaca.
*Dosen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah
(Instika), Guluk-guluk..
* Dimuat di Koran Kabar Madura, 29 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar